14 Mei 2025

DONGGONEWS.com

Kritis & Berkemajuan

Jangan Keluar dari Syurga Sulit Masuk Lagi

SALAH satu nama dari nama- nama syurga adalah al jannah. Nama ini dinisbatkan pada keumuman sifat syurga yang sangat tertutup dan tersembunyi baik tempat maupun fasilitasnya. Sangat rahasia.

Beberapa dalil (Qur’an dan Hadist) hanya memberikan gambaran perumpamaan isinya seperti ini, seperti ini, dan seperti ini. Bisa dipahami karena Nabi Shallallahu alaihi wassalam hanya diperlihatkan. Dengan kata lain tidak berada di dalamnya secara langsung.

Maka itu sebab Nabi mengatakan syurga itu kenikmatannya tidak terbetik di dalam hati dan tidak bisa dibayangkan oleh pikiran/imajinasi/akal. Karena terlalu wah. Sementara imajinasi dan pikiraan bahkan daya talar (akal) terbatas. MasyaAllah.

Soal syurga ini, ada istilah syurga dunia selain syurga yang sesungguhnya di akhirat. Seperti dikatakan ulama. Siapa yang tidak pernah memasuki syurga dunia maka dia tidak akan memasuki syurga di akhirat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,“Di dunia itu terdapat surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka dia tidak akan memperoleh surga akhirat.”

Ibnul Qayyim [ muridnya Ibnu Taimiyah] menjelaskan maksud sang guru bahwa surga dunia adalah mencintai Allah. Mengenal Allah senantiasa mengingat-Nya. Merasa tenang dan thuma’ninah ketika bermunajat pada-Nya. Menjadikan kecintaan hakiki hanya untuk-Nya. Memiliki rasa takut dan dibarengi rasa harap kepada-Nya. Senantiasa bertawakkal pada-Nya dan menyerahkan segala urusan hanya pada-Nya..

Secara bahasa namanya disetarakan yakni sama- sama disebut syurga. Namun memiliki dimensi (waktu dan tempat) yang berbeda.

Beribicara jalan menuju syurga. Maka salah satu fasilitas agar kita mendapatkan syurga adalah “referensi.” Selain itu “garansi.”

Referensi pilihan sedangkan garansi autosystem fasility. “Tidak ngapa ngapain pasti masuk syurga.

Jika seorang teman kita mengajak mendatangi tempat shalat berjama’ah. Mengajak menegakan amar ma’ruf nahyi munkar ini contoh kongkrit bahwa anda mendapat referensi bahkan sekaligus garansi.

Referensi disebut fasilitas bersifat optimal (pilihan) lantaran karena kita kerap menolak atau menerima ketika ada yang mengajak ke jalan yang benar dan baik. Sementara garansi sifatnya mandatory.

Namun demikian fasilitas garansi faktor (lingkungan) kerapkali merusak bahkan membatalkannya walaupun sudah bobotnya mandarory.

Itu maksud sabda Nabi terkait bahwa seorang itu dilahirkan sesuai fitrahnya (pasti penghuni syurga) lingkungannya yang menentukan. Dia akan ke syurga atau ke neraka.

Kisah seorang yang menyesal di neraka lantaran salah memilih teman misalnya juga efek dari lingkalungan yang buruk.

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya. Seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.”

Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). QS-25:27 sd 28 ]

Terkait garansi terdapat beberapa pintu. Pertama garansi induk berupa meyakini dan mengamalkan rukun iman dan rukun Islam. Itu yang saya maksud nggak ngapa – ngapain pasti masuk syurga.

Kedua adalah garansi tambahan. Pahala sedekah. Pahala membaca quran dan pahala pahala dari amal soleh lainnya.

Syurga dunia dan garansi

Sepuluh hari akhir Ramadhan di masjidil Haram benar benar prime time dan setiap jengkal tempat sujud adalah lahan eksklusif paling berharga. Bagi para militansi pemburu pahala “haji bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam” akan mengatakan, “add and at any cost” yang penting bisa hadir ditempat penuh barokah itu.

Harga hotel sekitar Ka’bah bisa 20 sd 25 juta per malam bahkan ada yang lebih dari itu. Di dalam masjidil Haram mendapatkan tempat untuk shalat magrib dan isya. Maka diperlukan perjuangan sejak ashar. Bahkan sudah ada yang menandai sejak dzuhur. Meninggalkan tempat yang telah diperoleh maka konsekwensinya akan menggelar sajadah di depan emperan hotel atau dipinggir jalan. Dan jangan harap bisa kembali lagi ketempat (shaf) yang sama.

Bersama anak, saya melakukan upaya dan strategi yang sama. Mendatangi tempat shalat yang diadakan sejak ashar. Perjuangan paling berat adalah mempertahankan wudu dalam tenggang waktu yang cukup lama.

Saya mengalami keadaan tersebut. Nyaris kehilangan tempat shalat dan tidak bisa masuk lagi ketempat yang sama (yang setara “syurga dunia” itu) Sementara anak saya tertinggal ada di dalam area masjid.

Dengan sistim oneway pengaturan lalulintas manusia hampir bisa dipastikan dan sulit masuk lagi ke tempat yang cukup nyaman sebelumnya walau hanya sekedar mengambil barang bawaan dan menjemput anak.

Dari pengalaman ini saya menbuat judul catatan ini, bahwa syurga itu mahal jangan keluar kalau sudah ada di dalamnya.

Bagaimana jika ingin masuk (lagi)? Pengantar tulisan ini berkaitan referensi dan garansi itu berlaku. Sangat sulit meyakinkan tentara dan polisi dan petugas pengaman di lokasi ketika saya katakan bahwa anak dan perlengkapan saya tertinggal di dalam sana. Saya menunjukan foto lokasi dan shaf di mana anak saya duduk dan tempat saya (yang saya perjuangkan sejak waktu ashar). Sementara sebentar lagi adzan isya. Seorang tentara tiba tiba, berkata.

Ta’al ya syaikh. Lalu dia bertanya apa benar anda punya anak di dalam? Saya bilang, ya! Ini fotonya. Kalau begitu saya mau tahu dan mau bukti. Saya bilang, ok sepakat. Lalu saya disuruh menerobos barikade. Dia mengawal (tentu) ada curiga. Dari jauh anak saya melambaikan tangan. Lalu saya tunjukan padanya saat berada bersama saya. Lalu Hormat Gerak !. Saya mendapatkan kembali “syurga” saya.

Kisah nyata ini sebagai penutup. Bahwa anak-anak kita akan menjadi referensi bahkan garansi untuk syurga kita. Bagi saya ini illutrasi yang pas. Bahwa kelak kita akan mempertanggungjawabkan secara sendiri sendiri amal kita.

Tapi ada pesan Nabi. Seluruh amal seorang hamba itu terputus kecuali tiga perkara. Sedekah jariyah, ilmu bermanfaat dan doa anak yang soleh.

Saya percaya anak-anak yang soleh juga diberikan garansi untuk menjadi fasilitas tambahan seorang ibu dan ayah masuk syurga. Dia menjadi referensi sekaligus garansi ditengah kepastian pertanggungjawaban amal secara sendiri sendiri dihadapan Allah SWT.

Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kembali(mu). QS-35:18.

Ya Rabb jadikan kami anak-anak yang soleh untuk ayah ibu kami. Sehingga mereka memasuki syurgaMu dan jadikan anak-anak kami anak yang soleh untuk menjadi sebab kami masuk syurga Mu.

Syurga selamanya untuk ibu, ayah, kerabat karib serta keluarga kita semua.

Maka jika syurga (baca : semua jenis kebaikan yang menyebabkan Allah SWT rido atas amal-amal kita selama hidup) sudah ada di dalam genggaman tangan kita jangan sampai terlepas karena perjuangan “untuk kembali” tidak gampang.

Madinah 7 Syawal 1445 H

Dr. Salahuddin Ghafar, SH.,MH
Dosen Pasca Sarjana Universitas As-Syafi’iyah Jakarta
Cendekiawan Muda Muslim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *