Anggota DPR RI, H. Zainul HM Nor, SE, M.Si, Apresiasi Kepala SMAN 1 Woha, Aktifkan Kembali Siswa, Hadi
DONGGONEWS.com | Bima – Siswa SMA 1 Woha, Hadi, yang dipecat telah diterima kembali di SMAN 1 Woha, Rabu, 6 November 2019, setelah pihak sekolah dengan keluarga melaksanakan pertemuan di kediaman orangtua Siswa Hadi, Idrus Boften, desa Nisa, Woha, Bima. Sebagaimana dilansir DONGGONEWS.com, beberapa hari terus menerus, bahwa pemecatan Hadi, dilakukan secara sepihak kepala SMAN 1 Woha, mengundang simpati kalangan DPR RI, LSM, Pakar Pendidikan dan Pemerhati sosial Kemasyarakatan.
Namun, alhamdulillah selesai dengan baik secara kekeluargaan, kedua belah pihak saling memaafkan satu sama lain. “Pertemuan telah dilaksanakan antara Kepala sekolah SMA 1 Woha Najamuddin, S.Pd dengan pihak orang tua Hadi, Idrus didampingi Ibu Iga, dihadiri beberapa tokoh masyarakat antara lain mantan Ketua APDESI Kabupaten Bima YUSUF HI, SE, LSM Petisi 18, Ikhsan, berlangsung hidmat, penuh rasa haru serta persahabatan,” ungkap Yusuf HI, selaku penggagas pertemuan ishlah antara pihak sekolah dengan keluarga Siswa Hadi, kepada DONGGONES.com, tadi malam (06/11).
Anggota Fraksi Gerindra DPR RI, Dapil Pulau Sumbawa, H.Zainul Arifin HM Not, SE, M.Si, menyambut baik dan memberikan apresiasi kepada Kepala SMAN 1 Woha, Bima, beserta jajaran dewan guru, dengan jiwa besar mengaktifkan kembali Siswa Hadi, yang sempat dikeluarkan beberapa bulan lalu. “Bagus sekali, sifat dan sikap terpuji kepala sekolah beserta jajaran dewan guru patut dihargai sebagai kearifan dan kemuliaan sifat seorang pendidik pada anak didiknya,” kata Zainul, tadi diatas mobil pribadinya yang tengah menuju gedung DPR RI, Senayan Jakarta.
Dalam pertemuan tersebut ditemukan kata sepakat Siswa Hadi diterima kembali menyelesaikan studi di SMA 1 Woha, dengan demikian, lanjut Yusuf, mengharapkan kedua belah pihak untuk sama-sama memiliki rasa tanggung jawab dalam mendidik anak. Sebagai orang tua, juga tidak bisa lepas tanggung jawab, karena pendidikan anak 50 persen ada di tangan orang tua dan 50 persen ada di tangan guru (sekolah). Terutama dalam membentuk karakter, perilaku dan mental anak tentu lebih banyak di tangan orangtua si anak, sementara yang selebihnya menjadi tanggung jawab guru di sekolah lebih banyak pendidikan yang bersifat formal, teoritis ,dan ilmiah. Di samping itu guru juga tidak boleh terlalu banyak menuntut terhadap anak didik untuk memahami apa yang menjadi jalan pikiran guru, tapi sebaliknya gurulah yang harus banyak memahami sikap, perilaku dan kemampuan daya pikir anak didikinya. Apabila hal tersebut bisa berjalan seimbang maka orang tua maupun guru akan mampu menemukan metode/cara mendidik anak yang perilaku buruk menjadi anak berperilaku baik, terutama dengan cara-cara pendekatan yang humanis, persuasif, komunikatif, serta edukatif.
Diingatkan Yusuf, bahwa peristiwa tersebut harus menjadi pembelajaran bagi orang tua maupun guru untuk dijadikan referensi dalam mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa yang cerdas memiliki rasa tanggung Jawab atas masa depan dirinya maupun masa depan bangsa.”Mudah-mudahan kejadian seperti ini kedepannya tidak terulang lagi hingga dapat mencederai dunia pendidikan di NKRI yang kita cinta ini. Demi menggapai cita-cita para pendiri bangsa yang kita cintai ini,” imbuh Aktivis Senior yang kerap disapa Ompu Naru.
Pimpinan Aktivis Kelompok PETISI 18, Tente Bima, Ikhsan Mustar, memuji kebesaran jiwa Kepala SMAN 1 Woha, menyempatkan waktu bersilaturrahim dengan pihak keluarga Siswa Hadi, yang sempat terjadi selisih paham. “Dari sekelumit kisah Hadi, saya selaku pribadi mengambil sebuah kesimpulan bahwa dibalik masalah yang terjadi alangkah lebih bijaknya kita tidak langsung memvonis seseorang bersalah tampa kita mampu membuktikannya dengan data yang valid,” saranya.
Kelompok PETISI 18, merupakan lembaga swadaya masyarakat yang selalu mengambil bagian untuk selalu siap tampil mengadvokasi anggota masyarakat, siswa korban atau siapa pun yang dirugikan haknya oleh negara maupun masyarakat lain. “Ini tugas mulia yang kami emban, kami tidak segan-segan melakukan audit lapangan dan melakukan gelar unjuk rasa hingga hak-hak korban dipulihkan. Seperti halnya kasus Hadi, kami langsung action turun ke lapangan mengajukan laporan ijin menggelar aksi parlemen jalanan. Semoga jadi bahan evaluasi kita semua ke depan,” tegasnya.
Orangtua Hadi, Ibu Iga, menyambut gembira atas niat dan kemauan baik Kepala SMAN 1 Woha, beserta jajaran dewan guru serta mengucapkan banyak terima kasih tiada tara. “Selaku orangtua Hadi, saya sungguh terharu, gembira dan salut sekaligus menghargai sikap bijak Bapak Nazamuddin, S.Pd, juga seluruh dewan guru. Terima kasih Bapak Yusuf HI, menginisiasi pertemuan kami. Mudah-mudahan membalas, jasa, Budi baik bapak-bapak ini. Begitu pula Adik Ikhsan Mastar, PETISI 18..,” ucap Ibu Iga, haru dengan suara terpatah-patah, (07/11).
Kepala SMAN 1 Woha, yang dihubungi Hp-nya sedang tidak aktif, sementara itu Wakil Kepala Sekolah Nazamuddin, S.Pd, yang dihubungi via telpon, menolak memberikan komentar karena sedang memimpin rapat dengan dewan guru. Berjanji akan menghubungi kembali DONGGONEWS.com.”Maaf, mada belum bisa beri komentar. Nanti akan dijawab wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat,” janjinya. (DNC-001)