7 Oktober 2024

DONGGONEWS.com

Kritis & Berkemajuan

Jejak Proklamasi di Rengasdengklok

Foto : rumah keluarga Djiauw Kie Song

DONGGONEWS.com | Jakarta – Salah satu situs bersejarah yang sering dilupakan ketika mendekati HUT Proklamasi kemerdekaan RI adalah Rengasdengklok. Sebuah tempat yang sering disebut dalam sejarah negeri ini, namun tak banyak orang yang pernah menjejakkan kaki di situs ini.

Adalah Rumah keluarga Djiauw Kie Song, seorang dari suku Tionghoa yang rumahnya dipakai sebagai tempat pengasingan Soekarno-Hatta dan keluarganya saat diculik para pemuda sehari sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI dikumandangkan.
Para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta karena ingin mempercepat proses kemerdekaan agar segera dikumandangkan.

Namun semangat ini tidak sertamerta dapat diwujudkan begitu saja karena ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan para tokoh pergerakan yang lebih tua seperti Sukarno dan Hatta. Pertimbangan ini kemudian melengkapi semangat para pemuda sehingga kemerdekaan dapat diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Dalam kegiatan napak tilas situs Rumah Pengasingan Soekarno-Hatta (16/8), Sekjen Gerakan Pembumian Pancasila yang juga sejarawan, Dr. Bondan Kanumoyoso melihat situs sejarah Rengasdengklok ini sebagai simpul kekuatan yang membuktikan bahwa Pancasila sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka.
“Kalau kita refleksikan kembali peristiwa 16 Agustus 1945, pemilik rumah ini Pak Djiauw Kie Song orang Tionghoa, Hatta orang Minang, Sukarno orang Jawa, ditambah lagi para pemuda yang berasal dari berberapa kelompok. Ini menunjukkan bahwa roh Pancasila menjadi simpul kekuatan yang menyatukan setiap perbedaan yang melahirkan bangsa Indonesia, dari tiada menjadi ada”.

Foto : Putra Djiauw Kie Song, Yanto (berkaos putih paling kiri), Ketua Umum Gerakan Pembumian Pancasila Dr. Antonius D.R Manurung (paling kanan) ditemani Sekjen Dr. Bondan Kanumoyoso (kedua dari kanan)

Pada kesempatan yang sama Ketua Umum Gerakan Pembumian Pancasila, Dr. Antonius Manurung menyampaikan bahwa sikap Djiauw Kie Song adalah bentuk kepedulian revolusioner seorang terhadap pemimpin bangsa. “Bayangkan, ketika itu, Pak Djiauw Kie Song mengungsikan keluarga besarnya ketempat lain, agar Bung Karno dan Bung Hatta serta keluarganya dapat beristirahat dengan tenang. Ini kan bentuk penghormatan luar biasa dan revolusioner terhadap pemimpin bangsa”. Pria yang akrab disapa Anton itu menambahkan bahwa penghormatan tersebut adalah kontribusi nyata terhadap Kemerdekaan Republik Indonesia. Ia menegaskan bahwa peristiwa dan situs Rumah Rengasdengklok adalah bukti bahwa semua kelompok dari latar belakang berbeda, memiliki peran dalam mewujudkan kemerdekaan.
Saat ini, rumah yang dibangun sejak 1920 itu telah menjadi situs sejarah dan cagar budaya, sesuai UU RI No. 11 Tahun 2010. Rumah tersebut kini ditinggali oleh pasangan suami Bapak dan Ibu Yanto (70 tahun) dan masih mempertahankan konstruksi aslinya terutama pada bagian depan, dengan beberapa perabot lama yang sempat digunakan oleh Bung Karno.

Reporter : Yuventus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *