27 Juli 2024

DONGGONEWS.com

Kritis & Berkemajuan

Pandemi Covid 19, SMPN 2 Dompu Terapkan KBM Model Shift

3 min read

Foto: Kepala SMPN 2 Dompu, Abdul Basith, S.Pd memberikan pengarahan

DONGGONEWS.com | Dompu, 120720 – Rapat persiapan tahun ajaran baru dan pembagian tugas guru SMPN 2 Dompu 2020-2021 berjalan alot. Rapat dimulai pukul 8.00 berakhir 12.20 WITA yang diawali dengan pengarahan kebijakan umum kepala SMPN 2 Dompu terkait tugas dan tanggung jawab mulai dari pimpinan sampai dewan guru sabtu, (11/07).

Kepala SMPN 2 Dompu, Abdul Basith, S.Pd. meminta pada semua guru dan staf Tata Usaha untuk bahu membahu memajukan dunia pendidikan terutama di instansi SMPN 2 Dompu. Guru sebagai gardan terdepan mendobrak kualitas pendidikan, maka wajib hukumnya pendidik memberikan pengetahuan yang bermanfaat serta berkualitas bagi peserta didik.

Menyinggung terkait evaluasi kinerja guru, kepala sekolah mengatakan masih ada oknum guru setengah hati mentransfer pengetahuan untuk anak didiknya includ ketuntasan belajar minimal anak. “Penilain pada seseorang siswa harus proporsional dan profesional bukan abal-abalan”. Sehingga anak yang rajin, pintar nilainya rendah sebaliknya anak yang jarang masuk sekolah nilai tinggi. Hal tersebut harus teliti dan cermat serta memiliki data audentik tentang penilaian dan jangan sampai merugikan anak. Keberhasilan seorang anak bukan satu-satunya dinilai dari pengetahuan dan keterampilan saja tapi yang jauh lebih penting adalah perubahan “karakter” (Nadiem Anwar Makarim, Mendikbud).

Hal senada juga dikatakan Wakasek, Netty Sulami, S.Pd. Ind. bahwa ada oknum guru yang memberikan penilaian yang dianggap tidak fair dan tidak adil pada siswa yang tidak didasarkan data riil kinerja siswa tersebut. Maka siswa tersebut komplain dengan cara penilaian semacam itu. “Itu kan sama halnya membunuh karakter anak. Anak itu rajin, ibadah, shalat, kegiatan exschool selalu aktif,” ungkap Wakasek yang dikenal tegas tersebut.

Kepala SMPN 2 Dompu menyampaikan amanat Bupati (Pemerintah kabupaten Dompu) memastikan tahun ajaran baru dimulai tanggal 13/7/2020 dengan sistem shift dan atau daring . Model pembelajaran tergantung pada sekolah masing-masing dengan tetap menjaga protokol kesehatan yang telah diatur oleh team kesehatan.

Siswa dan guru harus menggunakan masker, jaga jarak, dilarang membuka kantin sekolah serta siswa dianjurkan membawa makanan sendiri dari rumah. Pihak sekolahpun menyediakan fasilitas penunjang kesehatan seperti alat pengukur suhu badan, ember cuci tangan di tiap kelas. Ungkap Basith.

Adapun sistim pembelajaran shift yang dimaksud adalah dari 30 siswa per kelas dibagi dua,15 siswa shift pertama dan 15 siswa shift kedua dengan masing-masing 20 menit tatap muka sehingga jarak duduk siswa sesuai protokol pandemi covid 19.

Sementara itu kelas 7 mengawali belajar tatap muka Minggu pertama masuk sekolah, kelas 8 dan 9 Minggu kedua, ketiga. Disisi lain lanjut Basith, sekolah yang dipimpinnya membuat spanduk Covid 19 yang memuat terkait ketentuan protokol kesehatan agar warga sekolah dan khalayak tetap antisipasi menjaga virus yang membahayakan tersebut. “Kita membuat spanduk covid 19 sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan,” Ungkapnya.

Foto: Suasana Rapat Berjalan Tertib dan Aman

Pada kesempatan yang sama dilanjutkan usul saran yang dipandu Wakasek, Netty Sulami, S.Pd.Ind. pada momen tersebut terjadi diskusi panjang lebar terkait pembagian tugas dan refleksi evakuasi hasil kinerja guru selama dua semester sebelumnya. Dia juga menyinggung kinerja guru selama dua semester terakhir masih ada oknum guru yang tidak masuk kelas. “Sekolah sudah memberikan tugas pada guru namun KBM tidak maksimal bahkan tidak masuk kelas,” ungkap Wakasek dengan nada lantang.

Pembagian tugas guru pun sudah dibagi berdasarkan tupoksi masing-masing berazaskan keadilan tanpa perbedaan dan menganaktirikan yang lain. Karena SMPN 2 Dompu tahun ajaran 2020-2021 ini siswa baru berkurang yaitu hanya 4 kelas dan menjadi 15 rombel saja kalau dibandingkan tahun ajaran 2019-2020 jumlah 21 rombel, maka guru sertifikasi menjadi imbas dan terpaksa cari jam tambahan diluar sekolah induk untuk menutupi kekurangan jam mengajar. Ungkap Muma (Sapaan akrab, Red).

Maka dari itu, lanjut dia. “Kita mau tidak mau menerima tugas yang diberikan sekolah,” lanjut Muma. (DNC-05)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *