9 Desember 2024

DONGGONEWS.com

Kritis & Berkemajuan

Mengapa Saya Maju Jadi Calon Bupati Bima?

Oleh: Drs. H. Arifin, MM

Seringkali saya ditelpon oleh sejumlah pihak di Kabupaten Bima. Mereka mengontak saya, meminta solusi terhadap persoalan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat maupun roda pemerintahan daerah Kabupaten Bima. Mengingat saya telah bercimpung di birokrasi pemerintahan, dengan jabatan terakhir sebagai Sekretaris Kotamadya Jakarta Timur. Selebihnya terjun dalam kegiatan sosial kemasyarakatan bersama warga Bima-NTB.

Apa topik pembicaraan lewat phone itu? Dari kalangan petani, mereka mengeluhkan hasil panen yang penuh pasang surut, sebut saja Bawang Merah. Dari harga pembasmi hama, pupuk hingga harga Bawang Merah yang terkesan diabaikan oleh pemerintah setempat, minus pengaturan, lalu ‘mafia’ yang bermain, akhirnya petani jadi korban. Nelayan juga demikian.

Warga pun mengeluhkan soal pelayanan birokrasi yang ribet dan bertele-tele. Sejumlah aktivis lingkungan juga mengeluhkan soal kerusakan hutan. Komitmen pemerintah yang minim soal kelestarian alam berdampak serius terhadap masa depan Bumi Maja Labo Dahu. Ancaman banjir besar terus menghantui. Di sisi lain, pengangguran tak teratasi. Dampaknya, penyakit sosial bertambah parah. Roda perekonomian tidak berputar.

Saya lagi-lagi sedih, ketika seorang ustadz mengatakan bahwa Bima yang dulu dengan Bima yang sekarang jauh berbeda. Nilai-nilai agama mulai dilupakan oleh sebagian masyarakat, termasuk generasi muda, dan saat bersamaan pemuka agama dan adat tidak diperhatikan. Padahal mereka adalah benteng moral. Kasus penyalahgunaan narkoba dan kriminalitas kerap menghiasi pemberitaan di media massa lokal.

Sungguh memprihatinkan lagi manakala dengar berita, ada anak yang putus sekolah karena tidak ada biaya. Ada pula pasien yang terpaksa pulang karena tidak mampu bayar biaya pengobatan. Infrastruktur jalan, pasokan listrik dan sumberdaya air juga masih kurang memadai. Betapa panjang persoalan daerah kalau diurutkan. Intinya perlu pengelola pemerintahan beserta aparatur pemda yang cekatan dan serius mengatasi masalah yang disebutkan di atas.

Saya tidak menyalahkan siapa-siapa. Namun sangat berdosa saya kalau ilmu dan pengalaman yang diperoleh selama mengabdi selaku birokrat di DKI Jakarta tidak diterapkan di Bima. Dengan cara apa? Dalam era sekarang, politik tentu menentukan hajat hidup orang banyak. Politik dalam pengertian kebijakan publik, mengelola bangsa, negara dan daerah.

Sistem politik di negeri ini meniscayakan seseorang untuk terlibat dalam proses demokrasi, dalam hal ini Pilkada Bima mendatang. Dengan cara itulah, kita dapat berbuat banyak untuk membuat mereka tersenyum, hidup layak, perut kenyang, sehat lahir-batin, dan bagi generasi muda meneruskan cita-citanya kelak.

Suatu siang di Jakarta Timur, ketika saya menyalurkan sembako bersama BMMB untuk warga Bima terdampak covid-19 beberapa waktu yang lalu, saya disoraki “maju aja jadi calon bupati Bima pak haji”, kata salah seorang warga Bima.

Dia pun melanjutkan “kami menghargai niat baik pak haji membantu saat sulit ini, tapi mungkin manfaatnya jangka pendek, akan lebih bagus dan bersifat jangka panjang kalau pak haji jadi kepala daerah, biar warga diperhatikan, cukuplah kami yang begini”.

“InsyaAllah adinda”, jawab saya singkat. Akhirnya saya memantapkan niat, yang sebelumnya memang didorong oleh keluarga besar di Bima dan kolega di DKI Jakarta agar mewakafkan waktu untuk mengabdi bagi tanah kelahiran: Kabupaten Bima. Maka mulailah ramai dukungan yang mengalir, baik di lapangan maupun obrolan di berbagai Grup WhatsApp, facebook dan pemberitaan media massa lokal maupun nasional.

Sebagai inspirasi bagi generasi muda, saya pun diwawancarai oleh seorang jurnalis senior di Jakarta, lalu dibuatkan video, disebar oleh sejumlah kalangan. Mudah-mudahan sampai ke saudara-saudari. Intinya, bahwa apa yang saya capai sekarang tidaklah mudah, penuh perjuangan dan pengorbanan. Dari anak petani, merantau, tekun belajar dan giat bekerja keras, akhirnya bisa memimpin orang-orang di Jakarta. Oleh sebab itu, energi positif itu mesti disampaikan. Dalam video itu juga saya menggambarkan persoalan utama di Kabupaten Bima beserta solusi strategisnya. Tentu melalui ilmu ditambah pengalaman dan renungan saya tentang potensi dan tantangan Kabupaten Bima ke depan.

Politik bagi saya adalah salah satu cara untuk menegakkan amar makruf nahi munkar, menegakkan kebajikan, mencegah kejahatan. Dalam ranah kebijakan, bagaimana memperjuangkan pendidikan dan kesehatan yang memadai bagi rakyat. Melayani publik dengan sepenuh hati. Membangun infrastruktur, memenuhi kebutuhan petani dan nelayan. Di sisi lain, kita mencegah konflik, melawan narkoba, menindak tegas pelaku kejahatan.

Saya menganjurkan kepada pendukung dan relawan agar menciptakan politik yang sopan dan santun. Hindari caci-maki, sampaikan usulan dan kritikan yang berpijak pada fakta, data dan informasi yang akurat. Kalangan terdidik, guru besar dan doktor-doktor, master-master dari Bima, lulusan dalam maupun luar negeri, kita panggil dan duduk bersama, untuk kemajuan Kabupaten Bima.

Mari kita tunjukkan keteladanan. Dengan kerjasama semua pihak, baik ulama, umara, yang di dalamnya pihak penegak hukum, birokrat, legislator, beserta insan pers, ormas, kaum pemuda dan pemudi, pengusaha, yang didukung pula jaringan yang luas di pemerintah pusat dan lembaga donor, maka Kabupatan Bima yang Mandiri, Berkarakter, Berakhlak, Berkeadilan yang Sejahtera: SANGAT BISA!

Salam Hormat,

Drs. H. Arifin, MM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *